Sabtu, 05 Februari 2011

WANITA MULIA DENGAN ISLAM

                                      WANITA MULIA DENGAN ISLAM
Wanita menjadi objek permasalah
Wanita, makhluk yang diambil dari tulang rusuk pria ini sering kali menjadi subjek utama didalam kehidupan. Sosok yang katanya melambangkan keindahan karena tubuhnya ini ternyata menjadi subjek yang tersorot dalam kebanyakan permasalahan dimasyarakat.  Acap kali wanita dijadikan kambing hitam dalam setiap permasalahan, misalnya saja masalah portitusi yang dimana wanita sebagai pelaku, sehingga argument para laki-laki hidung belang pun tidak ingin disalahkan dengan dalih  “ jangan salah kan para pria karena wanitia itu lah yang menjual dirinya “, kemudian masalah ketidak harmonisan  atau hancurnya keluarga banyak yang mengangap permasalah utama pada wanitan. Tidak hanya itu, bahkan karena statusnya sebagai ibu, wanita sering kali dianggap rendah lantaran harus mengurus pekerjaan rumuah, menjaga dan mendidik anak yang disamakan sebagai pembantu dan tidak menghasilkan materi apa-apa, sehingga kekerasaan dan penghinaan pun sering didapat. Akibatnya karena ingin disamakan dan ingin  menghasilkan materi wanita banyak yang akhirnya bekerja hingga mebuang kewajiban dasarnya sebagai seorang ibu. Kita ingit bahkan di zaman nabi dahulu, kelahiran seorang anak perempuan dianggap sebagai sebuah aib yang besar.  
Wanita dibawah sistem kapitalisme
Will Durant seorang sejarawan berkebangsaan Amerika mengatakan, “sampai tahun 1900 masehi, perempuan masih harus berusaha keras mendapatkan hak mereka.” Hal ini merupakan bukti, terjadi Diskriminasi terhadap wanita. Di awal milenium, Disaat sistem kapitalis barat berhadapan dengan krisis, dimana pabrik-pabrik kekurangan sumber daya manusia. Mereka, para industrialisnya kemudian menyerap para perempuan untuk dijadikan buruh yang murah dan mudah diatur. Parahnya, dengan munculnya media masa, posisi perempuan makin tereksploitasi. Para industrialis perfilman, melirik perempuan sebagai aset berharga yang keeksotikan tubuhnya bisa laku dijual. Mereka kemudian menjadikan perempuan sebagai bintang film menjadikannya sebagai objek yang bisa dinikmati oleh siapapun. Kaum perempuan itu dipaksa beradegan tak senonoh yang menyebabkan masyarakat terseret dalam jurang amoralitas. Pandangan negative terhadap wanita ini tidak hanya satu  atau dua kali saja namun sepanjang kehidupan ini berlangsung wanita dianggap sebagai mahkluk kedua dari pria.
Atas nama HAM dan kebebasan akhirnya para wanita pun menuntut hal yang sama terhadap pria,  wanita boleh bekerja, mereka juga harus diberikan upah yang sama denga pria, tidak boleh ada pendeskripsian terhadap wanita, wanita tidak boleh didapur saja, dan lain-lain. Namun ternyata walaupun terbentuk hak-hak perlindungan terhadap wanita, penderitaan dan diskripminasi terhadap wanita tidak kunjung selasai, bahkan rerlihat lebih parah hingga terdapat sebutan “eksploitasi perempuan”.
KEDUDUKAN WANITA DAN PRIA
            Sebagai negeri yang mayoritas muslim, yang berpedoman pada Al quran dan as sunah pengikut risalah yang dibawa Rasullulah Muhammad SAW yang tidak hanya sebuah agama terakhir, namun juga sebuah petunjuk hidup yang sempurna yakni sebuah ideologi. Islam tidak membedakan wanita dan pria dalam peranan menjalankan kehidupan, wanita dan pria memiliki kedudukan yang sama dalam mengarungi kehidupan, Allah berfirman :
            “ Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyerukankebaikan ( Islam ) ; memerintahkan kemakrufan dan mencegah kemungkaran. Maka itulah orang-orang yang beruntung. “ Al Imran: 104
            Berdasarkan nash dia atas berarti tidak ada perbedaan dan kewajiban bagi wanita dan pria, sehingga pada dasranya antarawanita dan pria itu adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam sautu masyarakat. Sehingga dalam hal pendidikan, peradilan, kesehatan, jual beli, bahkan politik pun wanita sama dengan pria namun kiprah wanita sebagai pemmimpin Negara itu tidak dibenarkan syara.  
Dalam kehidupan berkeluarga ada suami dan ada istri. Suami lah yang berperan sebagai pemimpin keluarganya yang di dia mencari nafkah untuk keluarganya, sedangkan istri berkewajiban untuk merawat, menjaga rumah serta mendidik anak-anaknya agar menjadi insane yang mampu menjadi pemimpin. Dan itu bukan berarti peran seorang Ibu rendah, namun sebaliknya peran ibu dalam mendidik anak sangat lah pendting, tanpa didikan dari seorang ibu
Islam memuliakan perempuan
            Sering kali para liberalisme mengambil sepotong-potong ayat Al Quran hingga mereka melecehan peranan perempuan, misalrnya saja pada Hak waris pada Al Quran yang dimana laki-laki mendapat dua bagian sedangkan istri satu, mereka para liberalism atas dasar ini menganggap bahwa Islam pun merendahkan perempaun padahal hakikatnya laki-laki yang mendapatkan 2 bagian, 2 bagian itu harus ia nafkahkan kepada istri dan anak-anaknya, ssedangkan perempuan yang mendapatkan satu bagian hanya untuk dirinya sendiri tidak ada kewajiban untuk dibagikan pada suami dan anaknya.
            “ Surga itu ditelapak kaki Ibu “, sabda Rasululah bahkan saat ditanya sahabat siapa yang harus dihormati yang lebih utama Rasullah menyebut 3 kali perkataan “ umi, umi, umi, abi “ baru yang keempat ayah. Sungguh Islam sangat memuliakan wanita. Bahkan dalam beberapa  nash dan hadis meriwayatka banyak keutamaan seorang wanita.  Islam memuliakan wanita.
            Saat Islam tidak diterapkan secara sempurna pada kehidupan, kehinaan dan kerendahan yang akan didapatkan seorang wanita. Namun berbeda dengan Islam yang sangat menjaga, melindungi dan memuliakan wanita. Wanita akan mulia dengan Islam, Oleh karena itu sudah saatnya kita kembali kepada hokum-hukum Allah secara sempurna dibawah dibawah nanungan Khilafah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar